Kepala PSEKP sebagai Motivator Calon Wisudawan/Wisudawati Universitas Jenderal Soedirman

Purwokerto, 2 Desember 2025 – Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman (Faperta Unsoed) menyelenggarakan kegiatan Pembekalan dan Pelepasan Calon Wisudawan dan Wisudawati periode Desember 2025. Kegiatan ini menjadi ajang persiapan wajib bagi para calon lulusan untuk memasuki dunia kerja dan merancang karir setelah lulus, sekaligus ajang pengenalan Keluarga Alumni Faperta (Kafaperta Unsoed).

Acara dibuka dengan sambutan Wakil Dekan III Faperta Unsoed, Dr. Khavid Faozi. Dalam sambutannya ia menyampaikan apresiasi kepada mahasiswa yang akan diwisuda serta menegaskan bahwa peran lulusan Faperta Unsoed tidak berhenti di gerbang kampus, tetapi justru semakin strategis setelah menjadi alumni.

Sambutan berikutnya disampaikan Ketua Umum Keluarga Alumni Faperta Unsoed Ir. S.H. Sutarto, yang diwakili oleh Sekjen Kafaperta Unsoed Dr. Berliana. Ia menekankan bahwa lulusan pertanian saat ini sangat dibutuhkan, karena selaras dengan salah satu program prioritas Presiden Prabowo terkait swasembada dan kemandirian pangan. Sejalan dengan itu, Faperta Unsoed menghadirkan salah satu alumninya yang kini menjabat sebagai Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP) Kementerian Pertanian sebagai narasumber utama.

Pada kesempatan tersebut, Dr. Sudi Mardianto, selaku alumni Faperta Unsoed dan Kepala PSEKP Kementan, memberikan sesi motivasi bertema “Penguasaan Soft Skill Kunci Sukses Meraih Masa Depan”, Pada awal paparannya, ia memperkenalkan peran strategis PSEKP dalam mendukung program Kementerian Pertanian seperti ketahanan pangan nasional, antara lain melalui penyusunan Blueprint

Pembangunan Pertanian 2025-2029, berbagai policy brief terkait program strategis Kementerian Pertanian, seperti prediksi produksi padi, subsidi pupuk, penyesuaian komoditas dan jenis pupuk, kebijakan penyesuaian Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah, peremajaan kelapa sawit dan pengembangan tenaga pertanian modern. Ia menegaskan bahwa di balik setiap kebijakan tersebut terdapat proses analisis, diskusi, kerja tim, dan pengambilan keputusan yang menuntut soft skill yang kuat.

Dalam sesi motivasinya, Sudi mengangkat paradoks yang kerap terjadi di dunia kerja. Ia menggambarkan bagaimana banyak lulusan dengan IPK tinggi justru mengalami kesulitan mendapatkan pekerjaan yang sesuai atau kariernya mandek, sementara ada sosok lain yang secara akademik biasa saja namun mampu menembus posisi strategis di birokrasi, dunia usaha, maupun lembaga publik. Menurutnya, pembeda utama bukan hanya kecerdasan intelektual dan nilai akademik, melainkan penguasaan soft skill.

Sudi menjelaskan bahwa hard skill adalah ilmu yang dipelajari di bangku kuliah, seperti ilmu tanah, agronomi, perlindungan tanaman, sosial ekonomi pertanian, statistika, dan metode penelitian. Semua itu adalah fondasi penting. Namun soft skill adalah kemampuan menerapkan ilmu tersebut dalam dunia nyata, misalnya melalui komunikasi yang efektif, kemampuan bekerja sama, memimpin, beradaptasi, memecahkan masalah, serta mengelola emosi diri dan orang lain. Hard skill dapat mengantarkan seseorang diterima di tempat kerja, tetapi soft skill yang membuatnya mampu bertahan, berkembang, dan melesat dalam karier.

Lebih lanjut, ia menguraikan beberapa soft skill yang dianggap krusial, antara lain: komunikasi efektif; kerjasama (kerja tim); adaptabilitas, kemampuan beradaptasi; orientasi pada pemecahan masalah; kecerdasan emosional; dan jiwa kepemimpinan. Beberapa Teknik mengembangkan soft skill, antara lain: berani keluar dari zona nyaman; aktif mengikuti pelatihan dan seminar; belajar dari mentor; memperhatikan lingkungan dan mengamati orang sukses; mempraktikkan soft skill setiap hari.

Di atas semua itu, ada satu sikap mental yang menurut Sudi sangat menentukan, yaitu “Can Do Spirit”. Can do spirit berarti meyakini bahwa tidak ada tugas yang mustahil dikerjakan selama kita mau belajar, mau bekerja keras, dan mau bekerja sama. Sikap ini membuat Anda tidak mudah mengatakan “tidak bisa”, tetapi bertanya “bagaimana supaya bisa”. Can do spirit juga terlihat dari cara kita menghormati waktu dan kualitas kerja: menyelesaikan tugas sebelum batas waktu yang ditentukan, berusaha memberikan hasil yang melampaui ekspektasi, bukan sekadar asal selesai. Di PSEKP, orang-orang dengan can do spirit inilah yang paling cepat dipercaya untuk memegang tugas-tugas strategis.

Menutup sesi, Sudi menyampaikan tiga pesan utama bagi calon wisudawan dan wisudawati Faperta Unsoed. Pertama, agar tidak berkecil hati dan tidak mudah patah semangat ketika mulai memasuki dunia kerja, serta terus belajar karena dinamika dunia kerja dan teknologi sangat cepat. Kedua, menjadikan soft skill sebagai investasi utama, karena IPK yang baik adalah modal awal, tetapi daya saing dan daya tahan di dunia kerja sangat ditentukan oleh kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, memimpin, dan memecahkan masalah, dengan tetap memohon kelancaran kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ketiga, menjaga integritas dan etos kerja, karena sebagai alumni Faperta Unsoed mereka membawa nama baik almamater dan harapan banyak pihak, termasuk orang tua dan masyarakat luas.

Dalam kesempatan yang sama, Sudi juga menyampaikan bahwa PSEKP dalam beberapa tahun terakhir aktif mendukung program Merdeka Belajar Kampus Merdeka melalui program magang dari sejumlah perguruan tinggi, seperti IPB, Universitas Jember, dan Universitas Lampung. Ia membuka peluang dan menyambut baik apabila Unsoed ke depan juga mengirimkan mahasiswa magang ke PSEKP

Kegiatan pembekalan ini diharapkan tidak hanya menjadi penutup masa studi, tetapi juga titik awal perjalanan baru para lulusan Faperta Unsoed sebagai generasi muda pertanian Indonesia yang unggul secara kompetensi dan matang secara soft skill, siap berkontribusi bagi kemandirian pangan dan pembangunan pertanian nasional. RCA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *