Kunjungan Tim IndoDairy-2 ke NTB: Dorong Inovasi Pakan Lokal dan Penguatan Korporasi Peternak

Kunjungan Tim IndoDairy-2 ke NTB: Dorong Inovasi Pakan Lokal dan Penguatan Korporasi Peternak

Lombok Tengah, 20 Juni 2025 – Tim IndoDairy-2 dari Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP) melakukan kunjungan lapang ke Desa Pengengat, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian pertemuan tim IndoDairy-2 yang berlangsung pada 16–20 Juni 2025. Tujuan utama kunjungan ini adalah melakukan uji coba pendekatan Participatory Monitoring, Evaluation and Learning (PMEL) terkait program 1000 Desa Korporasi Sapi. Pendekatan PMEL digunakan untuk mengukur proses perubahan di tingkat peternak, koperasi, dan para pengambil kebijakan selama berlangsungnya kerja sama implementasi program.

Desa Pengengat sendiri merupakan salah satu desa percontohan dalam program nasional Kementerian Pertanian yang bertujuan mengubah kelembagaan peternak menjadi korporasi yang terintegrasi dari hulu hingga hilir. Dalam kunjungan ini, tim PSEKP yang terdiri dari Dr. Wahida, Dr. Lira Mailena, Resty Puspa Perdana, S.P., M.P., dan Annisa Fauzia Astari, S.P., M.Sc., melakukan observasi lapangan, diskusi, dan wawancara dengan para peternak dan pemangku kepentingan.

Menariknya, bantuan 100 ekor sapi potong betina dan 100 ekor jantan yang diberikan di Desa Pengengat tidak serta-merta dibagikan. Penentuan penerima dilakukan berdasarkan kepemilikan lahan hijauan, guna menjamin ketersediaan pakan berkualitas. Selain itu, peternak setempat juga membangun kandang komunal untuk mengelola ternak secara kolektif melalui sistem korporasi.

Dukungan teknis datang dari tim Fakultas Peternakan Universitas Mataram yang dipimpin oleh Prof. Dahlanuddin. Mereka memberikan pendampingan terkait aspek nutrisi, produksi, dan kesehatan ternak. Hasilnya, program berjalan cukup sukses. Peternak sudah beberapa kali melakukan penggemukan sapi dan keuntungan dari penjualan digunakan untuk membeli sapi dara baru. Siklus ini berkontribusi langsung pada peningkatan populasi dan produktivitas sapi di wilayah tersebut.

Salah satu inovasi menarik adalah pemanfaatan pakan lokal berbasis Leucaena atau lamtoro. Tanaman ini terbukti efektif dalam meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas sapi sekaligus mengurangi ketergantungan pada pakan komersial yang mahal. Inovasi ini merupakan hasil kerja panjang Prof. Dahlanuddin dan Dr. Tanda Sahat Panjaitan, yang selama lebih dari 20 tahun mengembangkan teknologi ini melalui dukungan lembaga riset ACIAR.

Meskipun banyak capaian positif, sejumlah tantangan masih dihadapi peternak, seperti keterbatasan akses pasar untuk kompos hasil limbah ternak, rendahnya partisipasi perempuan dalam pelatihan, dan perlunya pelatihan lanjutan seperti pengolahan daging serta strategi pemasaran produk turunan. Namun, seiring waktu dan pendampingan yang berkelanjutan, peternak mulai merasakan manfaat dari sistem manajemen kolektif. “Manajemen komunal awalnya memang sulit diterima, tapi sekarang kami mulai melihat hasilnya,” ujar salah satu anggota koperasi Mandelika Baren Sampi.

Kunjungan ini menunjukkan bahwa pengembangan peternakan tidak bisa hanya mengandalkan aspek teknis, tapi juga perlu menyentuh dimensi sosial dan kelembagaan. Dr. Wahida, Ketua Tim IndoDairy-2, berharap praktik baik yang dilakukan Desa Pengengat ini bisa menjadi model yang direplikasi di wilayah lain dalam upaya mewujudkan kemandirian dan keberlanjutan peternakan sapi nasional. (NKH).

Kunjungan Tim IndoDairy-2 ke NTB: Dorong Inovasi Pakan Lokal dan Penguatan Korporasi Peternak

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *